| Selasa, 04 Mei 2010 | |

“Bad Gogon” (Bad Gosip Underground)


Ada sebuah gosip buruk yang pernah dialamatkan kepada kawan saya yang bernama Yas. Konon katanya Yas pernah menjelek-jelekkan genre Hardcore di depan ratusan para penontonnya. Entah apakah Yas memang saat itu memang benar berkata seperti itu atau memang ada penonton yang salah menangkap konteks pembicaraannya, yang pasti gosip ini sempat menyebar ke banyak kalangan musisi underground Bandung. Sempat ada sedikit ketegangan diantara mereka berkenaan dengan gosip ini.

Ketegangan ini terjadi antara sebagian kecil barudak yang mengaku dirinya penganut Hardcore dengan barudak yang mengaku dirinya penganut Emo. Yas pun yang dicap sebagai biang masalah sering mendapat teguran bahkan cacian dari banyak orang. Bukan hanya Yas, sebagian besar personil dan kru Alone at Last juga tidak luput dari serangan pertanyaan dari banyak orang mengenai masalah yang sama. Mendengar ini saya dan kawan-kawan lain hanya kaget dan kebingungan. Setelah ditelaah-telaah ternyata ditemukan bahwa gosip itu sama sekali tidak benar. Yas sama sekali tidak menjelek-jelekkan Hardcore di depan para penonton. Ternyata setelah diteliti, gosip buruk itu datang dari salah seorang anak muda yang masih duduk di bangku SMA yang salah menangkap konteks pembicaraan Yas – Pendengaran dan pikirannya yang kasar menyimpulkan bahwa Yas dan Alone at Last adalah orang-orang yang anti-Hardcore. This is so funny... bagaimana mungkin kita membenci Hardcore sedangkan sebagian influence musik kita berasal dari Hardcore juga?

Tapi syukurnya masalah ini segera berakhir. Toh semua orang tahu bahwa pada akhirnya berita miring akan selalu berakhir miring. Mungkin bagi orang tersebut gosip seperti ini sangat menjual nilai konflik yang bisa menjatuhkan nama Yas dan Alone at Last. Bukan hanya itu saja, jika ditanggapi secara SERIUS oleh banyak orang, akan memperburuk nama underground keseluruhan karena melibatkan banyak pihak dari komunitas sosial di bandung yang berbeda-beda.

Terlepas dari itu semua, ada hal yang menarik yang ingin saya bahas dari masalah ini. Terutama yang berkaitan dengan bagaimana orang-orang sekarang sudah mulai banyak yang menyalah-artikan lagi ideologi musik underground seperti yang pernah terjadi pada tahun 1990-an di Bandung dan beberapa daerah di Jawa Barat. Pertama sub-kultur underground/punk kini sudah beralih menjadi sesuatu yang dilawan sebelumnya,yaitu menjadi sangat komersil, kapitalistik, dan pada sebagian komunitasnya, cenderung fasis. Poin terakhir ini berkaitan dengan apa yang ingin saya bahas selanjutnya pada bahasan kedua, yakni bagaimana musik underground sudah dipandang seperti sebuah ‘agama’ dibandingkan sebagai sebuah jalur musik non-mainstream dan sebuah social movement (pergerakan sosial).
tmn kuw indra

0 komentar:

Posting Komentar